BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam makalah yang berjudul “Pembiasan
pada Kaca Plan Pararel” akan membahas mengenai pembiasan cahaya yang masuk ke
dalam kaca palan pararel. Pembiasan adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya
karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Setiap cahaya melalu
suatu bidang yang memiliki kerapatan optik akan dibiaskan. Begitu pula dengan
cahaya yang masuk ke dalam kaca plan pararel akan dibiaskan. Kaca plan pararel
adalah sekeping kaca yang kedua sisi panjangnya dibuat
sejajar atau kaca dengan tebal tertentu yang dibatasi dengan
dua bidang sejajar.
Pergeseran sinar dan indeks bias dapat terjadi apabila
kaca plan pararel menerima sinar dan sinar itu dibiaskan. Pembiasan yang
terjadi pada kaca plan pararel , pergeseran cahaya dan indeks bias akan dibahas
pada makalah ini.
1.2.
Rumusan masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan pembiasan?
2. Apa yang
dimaksud pembiasan pada Kaca Plan Pararel?
3. Bagaimana
terjadi pergeseran sinar pada kaca plan pararel?
4. Apa yang
dimaksud indeks bias Kaca Plan Pararel?
1.3.
Tujuan
1. Mengetahui apa
yang dimaksud dengan pembiasan
2. Mengetahui pembiasan
Kaca Plan Pararel
3. Mengetahui
pergeseran sinar pada kaca plan pararel
4. Mengetahui
indeks bias Kaca Plan Pararel
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian pembiasan
Pembiasan
cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua
medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu
:
a.
mendekati garis normal
Cahaya
dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik kurang
rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke
dalam air.
b.
menjauhi garis normal
Cahaya
dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik lebih
rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke
udara.
Syarat-syarat
terjadinya pembiasan :
1)
cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan
optiknya;
2)
cahaya datang tidak tegaklurus terhadap bidang batas
(sudut datang lebih kecil dari 90O)
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari diantaranya :
² dasar
kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
² kacamata
minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan bagi
penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
² terjadinya
pelangi setelah turun hujan.
2.2. Pembiasan pada Kaca Plan Pararel
Kaca planparalel adalah benda optik
yang dibatasi oleh dua bidang yang rata dan sejajar. Perhatikan Gambar berikut
ini.
Berkas sinar datang dari udara dengan indeks bias n1
menuju kaca dengan indeks bias n2 dan membentuk sudut i, kemudian
berkas sinar dibelokkan mendekati garis normal dengan sudut r. Sinar lalu
diteruskan menuju udara kembali dengan membentuk sudut i’ dan dibiaskan
menjauhi garis normal dengan sudut r’. Telihat bahwa berkas sinar yang datang
dan berkas sinar yang keluar dari kaca planparalel sejajar. Sehingga dapat
diperoleh:
![]() |
2.3. Pergeseran sinar pada kaca plan pararel
Kaca planparalel adalah sekeping
kaca yang kedua sisi panjangnya dibuat sejajar. Kaca planparalel dapat
digunakan untuk mengamati jalannya sinar yang mengalami pembiasan dan untuk
menentukan indeks bias kaca tersebut.
![]() |
Sinar datang dari udara melewati kaca setebal d
cm, kemudian menuju medium udara kembali. Pada proses
tersebut, tampak pada gambar di atas, sinar mengalami pergeseran dari arah
sinar semula. Besarnya pergeseran sinar tersebut dapat dihitung sebagai
berikut. Perhatikan ΔAOB.
sin (i1 – r1) =
AB/OB = t/OB, jadi:
Berdasarkan
ΔOBD, diperoleh
cos r1 = OD/OB = d/OB, maka:
Berdasarkan persamaan
OB diperoleh:
sehingga
pergeseran sinar (t) adalah
Keterangan:
.i1 = sudut
datang
r1 = sudut bias
d = tebal kaca plan paralel
t = besar pergeseran sinar
2.4. Indeks Bias
Pembiasan cahaya dapat terjadi
dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua medium. Laju cahaya pada
medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang
kurang rapat. Menurut Christian Huygens (1629-1695) : “Perbandingan laju cahaya
dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.”
Secara matematis dapat dirumuskan :
Table indek bias beberapa zat
|
|
Medium
|
n = c / v
|
Udara haampa
|
1,0000
|
Udara (pada
STP)
|
1,0003
|
Air
|
1,333
|
Es
|
1,31
|
Alcohol Etil
|
1,36
|
Gliserol
|
1,48
|
![]() |
keterangan :
n =
indeks bias
c =
laju cahaya dalam ruang hampa ( 3 x 108 m/s)
v =
laju cahaya dalam zat
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya, n ³1), dan nilainya untuk beberapa
zat.
Pada
sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snell (1591 –1626)
melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut
bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snell yang berbunyi :
-
sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada
satu bidang datar.
-
hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias
merupakan bilangan tetap dan disebut indeks bias.
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke
medium lainnya, sebagian cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya
lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang membentuk sudut terhadap
permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu
memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut Pembiasan.
![]() |
Sudut bias bergantung pada laju cahaya
kedua media dan pada sudut datang.
Hubungan analitis antara q1 dan q2 ditemukan secara
eksperimental pada sekitar tahun 1621 oleh Willebrord Snell (1591-1626).
Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Snell dan dituliskan:

q1 adalah
sudut dating, dan q2 adalah
sudut bias (keduanya diukur terhadap garis yang tegak lurus permukaan antara
kedua media). n1 dan n2
adalah indeks-indeks bias materi tersebut. Berkas-berkas datang dan bias berada
pada bidang yang sama, yang juga termasuk garis tegak lurus terhadap permukaan.
Hukum Snell merupakan dasar Hukum pembiasan.
Jelas dari hukum Snell bahwa jika n2 >
n1, maka q2 > q1, artinya
jika cahaya memasuki medium dimana n
lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka berkas cahaya dibelokkan menuju
normal. Dan jika n2 > n1, maka q2 > q1, sehingga berkas dibelokkan menjauhi normal.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya
karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya.
Pembiasan dibagi menjadi dua, yaitu pembiasan yang
mendekati garis normal dan pembiasan yang menjauhi garis normal.
2. Kaca
planparalel adalah benda optik yang dibatasi oleh dua bidang yang rata dan
sejajar.
Persamaan
: i = r’ atau r’=i
4. Indeks bias :

Indeks
bias pada medium udara:
n1 sin q1 = n2 sin q2
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2013. Pembiasan dan Pergeseran sinar pada
Kaca Plan Pararel. http://mafia.mafiaol.com/2013/02/pembiasan-dan-pergesaran-sinar-pada.html. Diakses tanggal 18 Juni 2013
Anonim b. 2013. Pembiasan pada Kaca Plan Pararel dan
Prisma. http://mafia.mafiaol.com/2013/02/pembiasan-dan-pergesaran-sinar-pada.html. Diakses tanggal 18 Juni 2013
Salim,Abdul. 2009. Pembiasan Cahaya pada kaca plan
paralel dan prisma. Bengkulu : Universitas
Bengkulu
Tim
Fisika Dasar. 2013. Panduan Praktikum Fisika Dasar II. Jambi :
Universitas Jambi
0 komentar:
Posting Komentar